Kampus Unand

Sabtu, 07 April 2012

Sekedar berbagi pengalaman

haii guys...
rasanya sudah cukup lama saya tidak menulis di blog ini,maklum lagi sibuk skripsi...hehehe
saya ingin berbagi pengalaman tentang bagaimana mendeteksi estrus terbau.
kalo ada pejantan yang unggul bagusnya sih langsung dihadapkan ke betina dan apabila terjadi kopulasi (perkawinan) berarti ternak sedang dalam fase estrus.
tapi kalo pejantan unggul tidak ada atau takut terjadinya perkawinan sedarah (inbreeding) baiknya dilakukan deteksi estrus dengan melihat gejala-gejala ternak estrus supaya dapat diinseminasi buatan.
Menurut para ahli , pada sapi dan kerbau deteksi estrus umumnya dilakukan dengan cara melihat pembengkakan vulva yang berwarna merah, gelisah, relaksasi otot pelvis, nafsu makan berkurang, keinginan untuk berinteraksi dengan ternak lain, berdiri diam ketika dinaiki oleh pejantan atau betina lain, melenguh, deteksi kebiasaan kencing yang semakin banyak, mengangkat ekor bila vulva diraba, dan lendir vagina yang tampak jelas.
Kejadian yang sering dijumpai dilapangan bahwa keluarnya lendir yang jelas menggantung di bagian vulva dengan sekresi yang banyak sangat jarang dijumpai. Hal ini mungkin disebabkan letak anatomi vagina dan kesukaan ternak kerbau berkubang seperti yang dinyatakan Jainudden dan Hafez (1987) adanya kebiasaan kerbau berkubang menyebabkan gejala berahinya lebih sulit diamati. selanjutnya Hastono (2008) menyatakan bahwa anatomi letak vagina, dimana bagian depan lebih rendah di banding bagian belakang, sehingga pada waktu berahi lendir tidak keluar. Tetapi apabila vulva sedikit dibuka, akan terlihat lendir di dasar vulva tetapi tidak keluar dengan sekresi yang banyak sampai menggantung. Menurut Adhitia (2011) bahwa sebenarnya sekresi lendir cukup banyak tetapi mengumpul pada lantai vagina sehingga terlihat kurang menggantung. pembengakan vulva dan gelisah sudah terjadi pada fase proestrus begitu juga dengan kebiasan nafsu makan berkurang bisa jadi disebabkan kondisi kesehatan ternak yang terganggu begitu juga dengan kebiasaan kencing yang banyak dapat dipengaruhi oleh iklim sehingga kurang tepat jika dijadikan awal munculnya estrus.
jika ingin menentukan awal estrus tetapi terkendala dengan tidak adanya jantan pengusik, dapat dilakukan dengan melihat tanda ekor terangkat apabila vulvanya diraba. UTanda ini dianggap sangat khas dimana kerbau betina akan relatif lebih jinak dan mudah didekati jika dibandingkan dengan sebelumnya. Tanda ini umumnya terlihat sesudah terjadi sedikit pembengkakan dan pemerahan pada vulva. Apabila vulva dibuka akan terlihat lendir jernih dilantai vulva dengan sekresi yang sedikit. pada saat terlihat tanda khas ini ternak akan mencoba untuk berinteraksi dengan ternak lain dan diam apabila dinaiki ternak jantan maupun betina. tanda ini dapat dijadikan acuan apabila didukung oleh tanda-tanda lainnya.

semoga bermanfaat..
salam cinta dari ujung kandang....

Rabu, 21 Maret 2012

PENERAPAN TEKNOLOGI REPRODUKSI DALAM PENGEMBANGAN TERNAK SAPI BALI

Sapi Bali (Sebutan digayo Lemu akang) merupakan ternak potong ( Bos sp. ) yang cukup penting karena terdapat dalam jumlah cukup besar dengan wilayah penyebarannya yang luas di Indonesia. Peran bangsa sapi ini cukup besar dalam memenuhi kebutuhan daging nasional. Sapi bali dewasa dapat mencapai berat mencapai 300-494 kg dengan persentase karkasnya 56,9%, tinggi 1,05- 1,30 meter. Sapi bali sangat cocok dengan kondisi iklim Indonesia, berbeda jauh dengan sapi-sapi Eropa yang dikembangkan diindonesia seperti bangsa Brahman, simental, friest hostein yang umumnya sangat sensitive dengan suhu lingkungan yang ekstrim. Hal ini mungkin disebabkan oleh tempat asal ternak sapi ini yang merupakan ternak asli Indonesia. Beberapa kelebihan dimiliki sapi Bali terutama kemampuan adaptasinya dalam lingkungan dengan ketersediaan pakan berkualitas rendah dan fertilitasnya yang sangat baik, persentase karkas yang tinggi, memiliki daging berkualitas baik dengan kadar lemak rendah, dan tahan terhadap parasit internal dan eksternal. Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki tersebut dan mengingat Indonesia merupakan pusat sapi Bali di dunia maka sapi Bali merupakan aset nasional yang perlu dilestarikan.
Meskipun banyak keunggulan dari sapi bali, tetapi ditinjau dari pengembangannya terutama usaha peternakan rakyat masih sering muncul beberapa permasalahan diantaranya pola perkawinan yang kurang benar (sering terjadi inbreeding/ perkawinan sedarah), minimya pengetahuan tentang deteksi berahi sehingga terjadi perkawinan dengan waktu yang tidak tepat. rendahnya angka kebuntingan sehingga menyebabkan jarak beranak (calving interval) yang terlalu panjang lebih dari 18 bulan yang berdampak terhadap rendahnya perkembangan populasi sapi pertahun dan Akibatnya terjadi penurunan income petani dalam usaha ternaknya, dan dikurangnya pengetahuan peternak tentang teknologi tepat guna.

Siklus berahi dan waktu yang tepat dikawinkan.
Siklus berahi adalah interval waktu mulai dari permulaan periode berahi yang pertama sampai ke periode berahi berikutnya. Ada tiga factor yang mempengaruhi variasi siklus estrus pada tiap-tiap individu ternak yaitu jenis ternak, umur dan spesies. Berahi yang dikenal dengan istilah estrus yaitu suatu periode secara psikologis maupun fisiologis pada hewan betina yang bersedia menerima pejantan untuk kopulasi. Kopulasi memungkinkan terjadinya kebuntingan dan kelahiran anak. Rata-rata siklus berahi sapi bali adalah 18 hari, pada sapi betina dewasa muda berkisar antara 20 – 21 hari, sedangkan pada sapi betina yang lebih tua antara 16-23 hari selama 36 – 48 jam berahi dengan masa subur antara 12 – 27 jam dan menunjukkan berahi kembali setelah beranak ( pasca partum) antara 2-4 bulan. Tanda tanda berahi antara lain kondisi vulva (membengkak memerah dan hangat), mengeluarkan lendir bening, gelisah, nafsu makan menurun, ekor terangkat, diam dinaiki oleh ternak jantan maupun betina yang lain, melenguh-lenguh, dan berusaha untuk menaiki ternak lain. Biasanya tanda-tanda ini akan tampak pada pagi dan sore hari. Waktu yang tepat untuk dikawinkan adalah sekitar 8-12 jam setelah menunjukkan tanda ternak berahi atau dengan cara yang lebih sederhana jika ternak menunjukkan tanda- tanda berahi pagi hari, waktu yang tepat untuk dikawinkan adalah sore harinya, dan jika tanda- tanda berahi itu terlihat pada sore hari, maka waktu untuk dikawinkan pagi keesokan harinya.

Penggunaan Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan adalah salah satu bentuk bioteknologi dalam bidang reproduksi ternak yang merupakan proses mengawinkan ternak betina tanpa perlu disediakan pejantan yang utuh, tetapi dengan memasukkan spermatozoa untuk membuahi sapi betina birahi dengan menggunakan alat-alat khusus yang diciptakan manusia. Pelaksanaan dan penerapan IB dilapangan dimulai dari pemilihan bibit unggul sampai lahir anak yang mempunyai mutu genetik yang berkualitas. Kelebihan dari IB adalah memperbaiki mutu genetik, mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unngul secara meluas dan bisa digunakan dalam waktu lama, meminimalisir terjadinya kawin sedarah (Inbreeding) dan dapat mengatur jarak kelahiran anak dengan baik.

Optimasisasi Teknologi Inseminasi Buatan dengan Sinkronisasi Berahi
Teknologi sinkronisasi berahi (penyerentakan berahi) adalah suatu cara untuk menimbulkan gejala berahi secara bersama-sama pada suatu populasi atau dengan selang waktu yang berdekatan yang dapat diramalkan pada hewan. Penggunaan teknologi sinkronisasi berahi akan mampu untuk mengoptimalkan efisiensi produksi dan reproduksi kelompok ternak. Disamping itu dapat juga mempermudah pelaksanaan inseminasi buatan. Tujuan Teknologi ini adalah untuk memanipulir proses reproduksi sehingga ternak akan terinduksi berahi dan proses ovulasinya, juga mempermudah pengamatan berahi dan dapat diinseminasi secara serentak atau dengan waktu yang berdekatan dan dengan hasil fertilitas yang normal. Teknik sinkronisasi dapat menggunakan hormon Progesteron maupun Prostaglandin. Penerapan dengan Prostaglandin lebih simpel dibandingkan dengan Progesteron karena waktu yang dibutuhkan lebih pendek. Beberapa peneliti mencoba mengoptimalkan teknologi ini dengan melakukan pemberian hormon lain seperti Luteinizing Hormon (LH) dan estradiol. belakangan ini dicoba dengan pemberian Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) dan hCG. metode Sinkronisasi yang dikombinasikan dengan sinkronisasi ovulasi dengan penambahan hormon GnRH atau hCG setelah injeksi prostaglandin meningkatkan ovulasi. pemberian hormon GnRH atau hCG merangsang sekresi hormon gonadotropin untuk merangsang perkembangan folikel dominan agar terovulasi. prinsipnya penggunaan prostaglandin (PGF2a) harus pada ternak yang sudah mempunyai corpus luteum sehingga corpus luteum akan teregresi, aibatnya produksi progesteron yang disekresikan oleh CL akan turun secara drastis. hormon GnRH yang dihasilkan oleh hipotalamus akan merangsang sekresi Hormon LH dan FSH yang bertanggung jawab dalam pembentukan folikel dan ovulasi. selain meningkatkan ovulasi, hormon hCG juga berperan untuk memperpanjang masa hidup corpus luteum, peningkatan sintesis progesteron, induksi ovulasi pada keseluruhan siklus estrus dan membantu pembentukan korpus luteum asesoris ketika diberikan pada awal fase luteal Aktivitas LH yang dikandungnya menyebabkan hCG bersifat luteotropik dan memperpanjangan fungsi corpus luteum beberapa hari, sehingga dapat meningkatkan kebuntingan. hasil penelitian Situmorang dan Siregar (1997) menunjukkan bahwa pemberian hCG 42-47 jam setelah penyuntikan Prostaglandin mempercepat estrus, sedangkan pemberian hCG 57-60 jam setelah penyuntikan prostaglandin dapat lebih menyeragamkan estrus dan ovulasi. Lebih lanjut dilaporkan bahwa pada ternak yang disinkronisasi dengan Prostaglandin tanpa hCG, interval pemberian prostaglandin dan gejala estrus dan ovulasi cendrung lebih panjang dan variasinya juga besar.
Ada dua cara melakukan sinkronisasi berahi yaitu dengan intramuscular dan intra uterin. Dosis hormon di sesuaikan dengan kebutuhan dan batas maksimal pemakaian dari produk. Bedasarkan hasil dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa dosis yang diberikan mempengaruhi onset dan persentase estrus, smakin tinggi dosis yang digunakan maka berahi pada ternak semakin cepat terjadi.

Selasa, 14 Juni 2011

AKU INGIN PULANG



Rasa rindu dan pilu blum terobati hingga kini
Jauh ku melangkah meninggalkanmu...

Bukan perkara mudah melakukan itu
tetapi merupakan suatu keharusan bagiku untuk mencapai semua anganku....

Aku ingin pulang
melepaskan kepenatan kota dan menikmati tentramnya desa kelahiranku....

Aku ingin pulang....
Ayah ibu menanti duduk termenung didepan pintu seraya berkata"kapan anakku kembali"...

Aku ingin pulang...
Gayo lues ku merindukanmu

aku ingin pulang....
Aku ingin pulang...

Kamis, 09 Juni 2011

PENCEGAHAN PENYAKIT GUMBORO (INFECTIOUS BURSAL DISEASE) PADA PETERNAKAN AYAM BROILER

sejak dahulu di negeri kita Indonesia, ternak unggas terutama ayam merupakan jenis ternak yang digemari oleh masyarakat. Dapat dikatakan hampir setiap rumah tangga terutama di pedesaan memelihara ataupun sebagian besar masyarakat Indonesia pernah memelihara jenis ternak ini.
Pada umumnya ternak ayam yang terdapat di Indonesia pada saat ini sebagian besar ayam ras petelur dan ayam broiler yang merupakan salah satu pemasok kebutuhan daging di Indonesia dan dunia pada umumnya karna mudah diperoleh dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat dari segi pendapatan. Akibat dari perkembangan usaha peternakan ayam dalam jumlah besar bahkan ribuan yang system pemeliharaannya sudah memacu ke sistem pemeliharaan secara intensif yang lebih menguntungkan bagi masyarakat. Karena terlalu banyak perusahaan-perusahaan peternakan ayam yang memungkinkan timbulnya berbagai penyakit baik itu yang disebabkan oleh parasit, bakteri, protozoa, virus dan gangguan-gangguan lain. Sesuai dengan prinsip pengendalian penyakit dimana pencegahan itu lebihpenting dan menguntungkan daripada pengobatan sebab pengobatan suatu individual adalah tidak ekonomis dan tidak praktis.

Pengertian penyakit gumboro (infectious bursal disease )
Gumboro adalah penyakit yang menyerang bursa fabricii (kelenjar bulat terletak di atas kloaka), Gumboro Penyakit Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD) yang ditemukan pertama kali di Delaware USA sekitar tahun 1950-an, sampai saat ini masih kerap muncul di lapangan. Sudah berbagai macam vaksin dicoba namun kejadian masih tetap dijumpai. Terutama pada masa peralihan musim seperti sekarang ini, kasus lebih sering banyak muncul. Kondisi lingkungan dan cuaca yang cepat berubah meningkatkan cekaman pada anak ayam.
penyebabnya adalah virus gumbaro yang tergolong sebagai reovirus yang lebih banyak berlokasi di bursa fabricii.Anak ayam umur 1-12 hari yang terkena penyakit ini tidak begitu nampak tanda-tandanya. Tapi anak ayam umur 3-6 minggu akan menunjukkan gejala yang khas. Anak ayam tampak lesu, mengantuk, bulu mengkerut,bulu sekitar dubur kotor, mencret keputih-putihan, dan duduk dengan sikapmembungkuk. Suka mematuki duburnya sendiri, sehingga menimbulkan luka . Ayam yang mati bangkainya cepat sekali membusuk.
Gumboro (infectius bursal disease) merupakan penyakit baru di Indonesia akan tetapi akhir-akhir ini mulai dikenal di Indonesia. Penyakit ini di Indonesia pertama kali didiagnisa oleh Dr.masduki partadiredja di bogor. Dilaporkan penyakit gumoro ini telah menyerang peternakan di kabupaten bogor yang mempunyai 2000 ekor anak ayam jantan umur 4 minggu.
Virus gumbaro ini menyerupai virus infectious bronchitis (I.B)akan tetapi tidak ada hubungannya dengan I.B,juga tidak ada kekebalan silang antara I.B dengan penyakit gumboro.masa tunas penyakit ini antara 18-36 jam, dan kematin terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-5.
Untuk dapat mendiagnosa penyakit ini kita harus mengetahui apa dan dimana bursa fabricii ini.
Bursa fabricii adalah kelenjar yang berbentuk bulat, terletak diatas cloaca (proctodium).
Sejak ayam menetas, Bursa fabricii ini sudah terbentuk dan semakin lama bursa ini semakin membesar, dan besarnya akan mencapai maximum pada umur tertentu.
Dalam keadaan normal Bursa fabricii akan mulai mengecil dan selanjutnya mulai menghilang pada umur 12-16 minggu.bursa ini akan menghilang sama sekali setelah ayam tadi dewasa kelamin. Sebab ayam sewasa sudah tidak lagi membutuhkan burs, karena fungsi bursa dalam membentuk zat antibody telah dapat diambil alih oleh system kekebalan lain yang telah berkembang sengan sempurna.
2Gejala-gejala klinis
Penyakit gumboro adalah penyakit yang akut, sangat menular dan hanya menyerang anak-anak ayam umur 1 sampai 3 bulan, yAkni selama Bursa fabricii tadi masih belum hilang dari rubuh ayam.
Penyakit ini sebagai wabah yang dapat timbul tiba-tiba. Keganasan penyakit ini tergantung pada virulensi virusnya dan umur ayam yang terkena infeksi penyakit akan tampak hebat bila wabah ini menyerang anak-anak ayam berumur 3-6 minggu.
Berdasarkan umur anak ayam yang terkena infeksi, maka penyakit ini dapat dibagi menjadi 2 bentuk:

1.gumoro pada anak ayam umur 1-12 hari
bentuk ini sangat berbahaya, sebab tidak memperlihatkan tanda-tanda penyakityang nyata (subklinis), sehingga anak-anak ayam tadi masih terdapat maternal antibody (zat antibody yang didapat dari induknya), maka infeksi dari virus gumoro tidak akan menimbulkan gejala-gejala sakit.

2.gumoro pada anak ayam 3-6 minggu
ini disebut klasik dengan gejala-gejala klinis yang khas, antara lain :
a.lesu, ngantuk
b.bulu-bulunya mengkerut, bulu sekitar duburnya kotor.
c.Mencret berlendir keputih-putihan dan fecesnya bau.
d.Ayam duduk dengan cara membungkuk
e.Tubuh ayam akan menjadi kering karena kehilangan cairan tubuhnya.
f.Mudah terkejut.
g.Tampak ada iritasi (rangsangan ) pada duburnya dan ayam terus menerus mematuki duburnya sendiri.( gejala khas Gumboro).
h.Bila tidur paruhnya diletakkan di lantai
i.Angka kesakitan mencapai 100%(|dalam kandang semua ayam sakit) angka kematian bervariasi 0-30%.
j.Ayam-ayam yang tidak mati, pertumbuhannya akan terganggu dan selanjutnya mudah terkena infeksi sekunder.
k. Ayam-ayam yang mati karena gumboro bangkainya cepat membusuk.

Pemeriksaan patologi-anatomik akan memperlihatkan perubahan-perubahan sebagai berikut:

a. Bursa fabricii membesar 2-3 kali normal, oedema ( membusung ) pendarahan, berlendir dan ada yang mengiju.

b.Ada pendarahan pada urat daging, terutama dipaha sebelah lateral (sisi luar ) dan medial ( sisi dalam 0 sayap otot dada dan selaput lender berbatasan proventriculus dan gizzard ( empedal )

c.Terlihat pembesaran hati dan limpa

d.Nephrosis ( terjadi kerusakan epiteel gijal, terutama tubuli.

Penyebaran
penularan penyakit gumboro dari satu ayam ke ayam lain sangat cepat dalam waktu singkat ( 18-36 jam ) seluruh ayam dalam kandang dapat ketularan.
Kematian terjadi pada hari ke-3 sampai ke-5.
Penybaran benih-benih penyakit melalui makanan,air minum, alat-alat dan tempat-tempat yang tercemar oleh faeces dan makanan yang dimuntahkan.
Virus penyakit gumboro stabil dan resisten, dapat dipindahkan satu tempat ketempat yang lain oleh orang, alat-alat peternakan yang tercemar. Sebuah peternakan yang pernah terjangkit Virus gumboro, maka Virus ini akan tetap infektip dan berdiam dalam peternakan tersebut untuk waktu yang lama. Menurut penelitian virus gumboro dapat hidup sampai 122 hari.
Tidak ada carrier ( hewan yang sembuh dan mwngandung virus yang dapa6t ditularkan ). Penyakit ini tidak dapat dipindahkan melalui telur yang ditetaskan dan diduga juga tidak dapat disebakan melalui udara.


pengobatan
Oleh karena penyakit gumboro disebabkan oleh virus, maka tidak ada obat-obat yang khusus untuk penyakit ini. Antibiotika, sulfonamide dan Nitrofuran tidak mempunyai efek atau bahkan sama sekali tidak berdaya terhadap penyakit ini.
Dapat dicoba pengobatan vitamin-elektrolit yang rupa-rupanya sedikit menolong ayam-ayam yang sakit.Wabah penyakit ini akan berlangsung selama 4-7 hari, dan jika dalam ginjal sudah terdapat banyak asam urat dan ada nephritis dan nephrosis, perlu diberikan air minum yang dicampur dengan molase sebanyak kurang lebih 10%(kira-kira 1 mangkuk molase tiap-tiap 5 galon air), biasanya dapat menolong dari kematian.
Kadar antibiotik yang tinggi pada ransum adalah kotraindikasi (tidak diperbolehkan), sebab akan mengikat calcium, sehingga malah akan berakibat timbulnya poenyakit rachitis (tulang ).
Disinfeksi terus-menerus, alat-alat maupun bangunan-bangunan terhadap pencemaran virus gumboro sangat diperlukan, sampai ayam-ayam yang sakit sembuh semua.

pencegahan
Tata laksana yang baik, kebersihan dan pencegahan alat-alat terhadap pencemaran virus gumboro sangat penting untuk mencegah dan mengurangi kejadian penyakit ini.
Cara yang mudah untuk mencegah penyakit gumoro adalah dengan vaksinasi. Vaksin gumboro (infekctious bursal disease / agent ) ada 2 macam, yakni vaksin yang mempunyai virulensi besar untuk ayam dara , induk dan vaksin avirulent (tidak virulen ) untuk anak ayam.
Ada 2 sasaran dalam usaha pengebalan ayam-ayam :

1.vaksinasi pada anak ayam untuk mencegah terjangkitnuya penyakit gumboro.
2.vaksinasi pada ayam dara atau dewasa pada perusahaan pembibitan, supaya menghasilkan anak-anak ayam dengan kekebalan yang diperoleh dari induknya.
3.jadi meskipun tidak dianjurkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan (dinas peternakan ) untuk menjaga mutu dan melindungipeternak, bila sudah ada wabah penyakit gumboro ini, hendaknya para breeder secara kontinyu memvaksin semua ayam dara dengan vaksin gumoro (I.B.D ) pada umur 10-15 minggu.

Vaksin gumboro dapat diberikan dalam air minum dan disuntikkan dibawah kulit. (subkutan ):
pada ayam yang tidak mempunyai kekebalan induk (peka terhadap penyakit gumoro ), diberikan vaksin avirulent yang dapat dikombinasikan dengan vaksin marek.
Vaksinasi diberikan pada umur 1 hari.
Hasil dari vaksinasi bervaruiasi, umumnya dibutuhkan 3-6 hari untuk memperoleh kekebalan.

Strategi Pengendalian Gumboro
Untuk menghindari kerugian akibat kematian yang tinggi, pertumbuhan yang tidak optimal ataupun efek imunosupresif akibat kasus Gumboro, maka pencegahan kasus ini harus menjadi prioritas utama.
Oleh sebab itu, meminimalisir dan mengeliminasi faktor pencetus munculnya penyakit ini di lapangan merupakan hal yang sangat penting. Hal ini sebenarnya bukan semata-mata menjadi tanggungjawab peternak di tingkat komersial (pedaging ataupun pullet), namun pembibit dan feedmil seharusnya juga mempunyai andil yang tidak kalah penting. Munculnya kasus Gumboro dipicu oleh beberapa hal yang saling berkaitan diantaranya yaitu, kualitas DOC, kualitas pakan, manajemen pemeliharaan, program kesehatan dan vaksinasi, dan biosekuriti.
a. Kualitas DOC

Peternak komersial tidak mempunyai kendali pada kualitas DOC yang dibelinya. Mereka hanya bisa memilih mana yang dianggap baik ataupun tidak, berdasarkan pengalaman sendiri dan referensi dari peternak lain. Kalau kebetulan pembibit yang sudah diyakininya mempunyai konsistensi dan komitmen tinggi dalam menjaga mutu produknya beruntunglah peternak, karena salah satu beban untuk eliminasi kasus Gumboro sudah berkurang.

DOC yang berkualitas baik merupakan hasil dari suatu proses panjang di tingkat pembibit. Ditentukan dari saat masih berupa telur di dalam tubuh induk, proses koleksi telur tetas, penetasan hingga sampai di tangan peternak komersial. Ayam pembibit yang sehat dengan pakan yang mengandung nutrisi seimbang dan bebas dari mikotoksin, mempunyai program vaksinasi yang ketat, lingkungan kandang yang bersih, serta proses koleksi, penyortiran telur yang akan masuk ke hatchery secara ketat akan menghasilkan DOC yang berkualitas. Dan dibarengi dengan manajemen transportasi yang baik dari hatchery hinggá sampai ke tangan peternak akan menjamin kualitas DOC tersebut.

Maternal antibodi yang tinggi didapat dari induk yang sehat dan divaksin secara teratur dan berkesinambungan. Vaksinasi IBD pada induk biasanya dilakukan sebelum masa produksi dan diulang lagi pada umur 40-45 minggu, dimana pada saat ini biasanya titer antibodi induk sudah menurun. Vaksinasi ulangan ini dilakukan untuk menjaga agar antibodi yang diturunkan ke anak ayam tetap tinggi. Maternal antibodi yang tinggi akan melindungi anak ayam dari infeksi agen penyakit pada minggu pertama kehidupannya (2-3 minggu pertama).

Untuk mendapatkan DOC yang sehat seperti di atas didapat dari telur tetas yang beratnya sudah memenuhi syarat untuk ditetaskan dan berasal dari induk yang tidak terlalu tua ataupun muda, telur tetas bersih, utuh tidak retak ataupun cacat dengan lingkungan kandang yang bersih dan proses penetasan yang baik dan benar. Jika lingkungan kotor dan telur yang ditetaskan pun demikian dikuatirkan embrio juga akan tercemar bakteri seperti E.coli, Pseudomonas, Staphylococcus, dll yang bisa menyebabkan peradangan pada kantong kuning telur (omfalitis).

Kondisi ini akan menyebabkan gangguan proses penyerapan kuning telur yang notabene merupakan sumber makanan di awal kehidupan ayam dan juga maternal antibodi yang diturunkan dari induknya. Atau bisa juga telur tercemar spora jamur Aspergillus, sp, sehingga anak ayam bisa terkena Aspergillosis sejak masih embrio.

Transportasi DOC dari hatchery ke farm juga akan mempengaruhi pertumbuhan DOC tersebut. Kondisi mobil pengangkut harus memenuhi stándar yang ditetapkan. Temperatur dan ventilasi ruangan harus diperhatikan agar anak ayam tidak mendapat stress yang berlebihan dam kecukupan oksigennya terpenuhi.

b. kualitas pakan


Pakan merupakan komponen pokok yang mengambil porsi terbesar dari biaya produksi suatu usaha peternakan. Kualitasnya pakan ditentukan oleh kualitas bahan baku yang menyusunnya. Dalam manajemen pakan hal yang harus diwaspadai adalah keseimbangan nutrisi dan kadar mikotoksin yang mencemarinya. Kandungan protein tercerna yang sesuai dengan kebutuhan ayam dengan komposisi asam amino yang seimbang, demikian juga dengan kadar lemak, energi, serat kasar dan mineral yang imbang sangat penting untuk pertumbuhan ayam.

Kadar mikotoksin dalam pakan harus diperhatikan, karena akan berpengaruh pada sistem imunitas dan pertumbuhan tubuh ayam. Pada saat musim hujan kita perlu waspada dengan mikotoksin ini. Di musim kemaraupun kadang kadar mikotoksin juga masih tinggi. Tingginya kadar mikotoksin berkaitan dengan proses pemanenan, pengeringan dan penyimpanan bahan baku, terutama yang berasal dari biji-bijian. Untuk meminimalisir jumlah mikotoksin perlu pencegahan tumbuhnya jamur dan pembentukan metabolitnya.

Salah satu caranya dengan pengeringan hinggá mencapai kadar air yang rendah, penyimpanan pada ruangan yang kering, penambahan antijamur (asam organik), dan mikotoksin binder (zeolit, bentonit, dll.). Proses penyimpanan dan pengangkutan bahan baku atau pakan jadi jika tidak memenuhi stándar juga akan mempengaruhi kualitas pakan. Indonesia merupakan negeri tropis dengan curah hujan tinggi, sehingga sangat cocok untuk pertumbuhan jamur. Temperatur dan kelembaban gudang penyimpan tidak boleh terlalu tinggi, yang ideal disarankan pada suhu tidak lebih dari 240 C dan kelembaban < 17 %. Selain itu pemeriksaan sampel bahan baku dan pakan jadi harus dilakukan secara teratur untuk melihat komposisi nutrisi (analisa proksimat) maupun cemaran mikotoksin.

c. Manajemen pemeliharaan

Manajemen pemeliharaan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu usaha produksi peternakan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, yang paling utama adalah menciptakan kondisi dan tempat yang nyaman untuk hidup ayam. Jika ayam hidup di kandang yang nyaman, terjaga dari stres lingkungan, kebutuhan oksigen terpenuhi, cemaran gas amonia minimal, tersedia pakan yang berkualitas dan air minum yang bersih sepanjang hari, dan juga dengan pelaksanaan program vaksinasi terhadap berbagai agen infeksius yang tepat diharapkan ayam terhindar dari berbagai stres baik dari lingkungan makro ataupun agen penyakit yang ada. Dengan begitu ayam bisa tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan optimal.

Proses pemeliharaan yang baik dan benar harus dilakukan sejak kedatangan anak ayam, masa brooding dan kehidupan selanjutnya. Masa brooding merupakan waktu yang cukup krusial bagi pertumbuhan dan perkembangan ayam, sehingga harus dilakukan dengan benar. Populasi dalam satu lingkaran brooder harus diperhatikan, 1 pemanas maksimal untuk 1000 ekor DOC. Jika populasi terlalu padat tingkat stress dan daya kompetisi ayam semakin tinggi dan kecukupan oksigen pun akan berkurang. Untuk mempertahankan suhu badan anak ayam kehangatan ruangan sangat penting karena ayam tidak dierami oleh induknya dan dan pusat pengatur suhu tubuh ayam belum berkembang sempurna. Selain itu buka tutup tirai harus diatur sedemikian rupa sehingga kesegaran udara dan kecukupan oksigen terpenuhi, selain itu juga untuk menghindari paparan angin yang terlalu dini.

Pada minggu pertama merupakan masa pertumbuhan ayam yang paling cepat. Berat badan ayam bisa mencapai 2 kali lipat dari saat menetasnya. Bisa dikatakan saat ini merupakan golden age ayam. Pada masa ini terjadi pembelahan sel cukup tinggi, sehingga kecukupan oksigen dan nutrisi sangat penting. Saat ini juga terjadi penyerapan kuning telur yang di dalamnya terdapat antibodi dari induk. Pemberian pakan sesegera mungkin setelah anak ayam datang akan mempercepat dan mengoptimalkan penyerapan kuning telur. Jika pada masa brooding kehidupan ayam terjaga dengan baik, diharapkan penyerapan antibodi induk terhadap IBD yang ada dalam kuning telur bisa sempurna. Sehingga ayam bisa mengatasi infeksi IBD dini yang bersifat subklinis. Selain itu juga meminimalkan faktor pencetus stres pada ayam seperti menjaga kecukupan pakan, minum, kecukupan sirkulasi udara, pencahayaan dan ketenangan lingkungan.
d. Program Kesehatan

Kasus Gumboro bisa terjadi jika kekebalan ayam tidak bisa mengatasi serbuan virus lapangan yang masuk ke tubuh ayam dan virus lapangan lebih cepat sampai di bursa dibanding virus vaksin yang diberikan. Hal ini bisa terjadi karena kondisi ayam yang tidak optimal karena stres (manajemen, lingkungan), titer antibodi induk yang rendah, jumlah virus lapangan yang terlalu banyak, strain virus vaksin yang dipakai tidak cocok dengan virus yang ada di lapangan, dan waktu pemberian vaksin yang tidak tepat.

Meminimalisir faktor pencetus stres bagi ayam sangat penting terutama pada awal kehidupan ayam. Jika ayam menderita cekaman baik karena faktor internal ataupun eksternal bisa mengakibatkan daya tahan tubuh ayam menurun. Sehingga agen-agen patogen bisa mudah menginvasi tubuh ayam. Jumlah virus di lapangan yang tinggi akan meningkatkan resiko terkena Gumboro. Antibodi induk ayam hanya bisa melindungi sampai umur sekitar 2-3 minggu, dan daya netralitasnya pun terbatas, jika agen infeksi yang harus dinetralkan terlalu banyak, jumlah antibodi tidak bisa mencukupi sehingga ayam akan kalah juga.

Untuk mengurangi kerja ayam dalam menetralkan antigen, meminimalkan jumlah virus di lapangan sangatlah penting. Ini dilakukan dengan persiapan kandang yang benar-benar baik sebelum kedatangan ayam. Sebelum dipakai kandang harus dicuci kering dan basah sampai bersih, kemudian dilakukan desinfeksi berulang. Lantai kandang juga harus diperlakukan khusus, setelah dicuci bersih diberi larutan soda api kemudian dicuci ulang. Setelah itu diberi larutan kapur hidup. Penyemprotan insektisida ke lantai, langit-langit, tiang, dinding dan sekitar kandang perlu dilakukan untuk membunuh serangga seperti semut, kumbang franky (Altophobius, sp) dll yang bisa menjadi reservoir virus IBD. Penyemprotan kandang secara rutin setelah ayam masuk kandang dengan larutan desinfektan (seperti golongan iodin) akan sangat membantu meminimalisir jumlah virus.

Pemberian antibiotika berspektrum luas selama 3-5 hari pertama kehidupan anak ayam akan membantu mengeliminasi bakteri yang ada pada anak ayam, diharapkan akan mengurangi kasus radang omfalitis sehingga penyerapan kuning telur bis optimal. Selain itu dengan memperkuat kondisi tubuh anak ayam dengan pemberian multivitamin secara rutin akan membantu mengurangi pengaruh cekaman pada anak ayam .

Pencegahan koksidiosis dengan vaksinasi ataupun pemberian koksidiostat diharapkan bisa meminimalisir kejadian koksidiosis pada ayam dan diharapkan secara tidak langsung akan mengurangi kejadian Gumboro ataupun menurunkan tingkat keparahan koksidiosis. Jika ayam terkena koksidiosis pada minggu-minggu awal biasanya resiko terkena Gumboro lebih besar dan parah.

e. Biosekuriti


Biosekuriti merupakan suatu usaha pengamanan biologik yang bertujuan untuk mencegah masuknya agen-agen patologik ke tubuh ayam. Tidak hanya meliputi proses desinfeksi kandang dan lingkungan, namun merupakan suatu usaha yang terpadu dan berkesinambungan dari tingkat konseptual, struktural dan operasional. Meliputi tata letak, lokasi farm dan kandang, bangunan kandang, pemagaran serta bangunan pendukung seperti kantor, mess karyawan, gudang pakan atau telur, ruang ganti baju, car dip. Juga pola replacement yang all in all out.

Lokasi farm yang tidak berdekatan dengan farm tetangga, hanya terdapat satu macam spesies unggas saja di lokasi, adanya pagar sekeliling farm yang memisahkan farm dengan lingkungan sekitar, dan pola pemeliharaan all in all out, akan mengurangi resiko munculnya kasus penyakit infeksius.

f. Ketepatan pemilihan vaksin

Pemilihan vaksin yang cocok dengan virus di lapangan sangat penting. Pada saat ini ada banyak macam jenis vaksin yang dijual di pasaran. Dari yang bersifat mild sampai yang intermediate plus. Vaksin yang tergolong mild virusnya bisa menembus titer antibodi induk pada angka 125. Intermediate pada titer 250, sedangkan yang intermediate plus bisa menembus titer di angka 500-800. Berdasarkan grup molekulernya virus gumboro digolongan dalam 6 macam virus. Di Indonesia kebanyakan dari jenis group molekuler 3, 4 dan 5. Kita harus jeli dan pintar dalam memilih produk yang demikian banyaknya di pasar. Vaksin yang mahal tidak selalu menjamin bebas dari kebocoran vaksinasi. Kecocokan strain virus dengan lingkungan setempat harus diutamakan. Jika suatu jenis vaksin sudah cocok di farm kita lebih baik jangan diubah. Virus vaksin yang terlalu keras sebaiknya hindari diberikan terlalu dini, karena bisa merusak sel-sel limfoid di bursa.

g. Ketepatan Waktu Vaksinasi

Hal yang tak kalah penting untuk meminimalisir kebocoran vaksinasi adalah penentuan waktu yang tepat kapan sebaiknya vaksinasi dilakukan. Untuk dapat menentukan waktu vaksinasi yang tepat, pengukuran maternal antibodi (MAb) terhadap IBD mutlak harus dilakukan. Karena pembibit tidak pernah memberitahukan titer antibodi dari induknya. Pemeriksaan biasanya dilakukan dengan teknik ELISA. Dengan mengetahui status MAb nya kita dapat melihat tingkat keseragaman titer dan menghitung kecepatan penurunannya, sehingga dapat diperkirakan waktu yang tepat untuk vaksinasi. Vaksinasi yang dilakukan pada saat titer MAb masih tinggi tidak akan efektif, virus vaksin justru akan dinetralisir oleh antibodi sehingga virus tidak akan bisa multiplikasi dan pada akhirnya tidak akan muncul respon vaksinasi yang diharapkan. Dan bisa jadi jika ada virus lapangan yang bisa menembus kekebalan ayam, kejadian Gumboro akan muncul.

Kendala dalam penentuan waktu vaksinasi ini adalah ketidakseragaman MAb dari masing-masing individu. Hal ini terjadi karena DOC berasal dari individu induk yang berbeda-beda baik yang seumur atau bahkan berlainan umur. Oleh karena itu pada saat DOC masuk kita harus mencatat no batch yang biasa ada pada masing-masing box. Ayam yang berlainan no batch biasanya berbeda data induk dari telur tetasnya. Dan untuk masing-masing no batch yang berbeda kita mengambil sample darahnya. Jumlah DOC yang kita ambil untuk sampel minimal 20 ekor. Dan satu hal yang harus kita perhatikan DOC yang kita ambil darahnya haruslah yang sehat bukan DOC yang performansnya jelek, agar titer yang didapat merupakan gambaran titer MAb sebagian besar ayam . Kalau kita ambil DOC yang jelek, bisa jadi gambaran titer yang kita dapat juga kurang bagus, dan itu bukan pencerminan dari kelompok ayam tersebut.

Untuk penghitungan prediksi waktu vaksinasi biasanya digunakan rumus van Deventer. Rumus ini dapat dipakai baik untuk ayam pedaging, petelur maupun pembibit. Hal yang harus diketahui adalah waktu paruh MAb IBD berbeda untuk setiap tipe ayam, untuk ayam pedaging 3-3,5 hari, ayam petelur 5-5,5 hari, pembibit 4,5 hari. Selain itu kita juga harus tahu jenis vaksin IBD yang akan digunakan, apakah mild, intermediate ataupun intermediate plus, karena ini untuk mengetahui break through titer (angka titer di mana virus vaksin bisa menembus MAb ayam) dari virus vaksin. Jika menggunakan vaksin yang mild break through titer nya sekitar 125, intermediate plus sekitar 500 dan yang hot di titer 1000.

Cara penghitungan prediksi waktu vaksinasi :

Hari vaksinasi = T1/2 x ( Log2 titer – Log2 target titer)) + umur saat sampling + angka koreksi

T1/2 : waktu paruh MAb (broiler : 3 hari, layer: 5, breeder: 4,5 hari)
Titer: titer MAb (jika CV bagus vaksinasi bisa sekali untuk perlindungan 75 %, namun jika CV jelek vaksin 2 kali untuk perlindungan di 20 %dan 70 % atau 40 dan 90 %)
Titer target: titer MAb di mana virus vaksin bisa menembusnya ( mild: 125, intermediate plus: 500, hot: 1000) tergantung pada spesifikasi masing-masing produk vaksin
Umur sampling: Umur pada saat pengambilan darah
Angka koreksi: tambahan hari jika sampling dilakukan pada umur ayam 0-4 hari (diasumsikan pada 4 hari pertama kehidupan ayam belum terjadi penurunan MAb karena masih adanya penyerapan kuning telur, jika sampling umur 1 hari koreksinya 3, umur 2 hari koreksinya 2, 3 hari koreksinya 1 dan umur 4 hari koreksinya 0).

Kasus Gumboro tidak bisa kita anggap enteng dan sepele, baik berat ataupun ringan akan merugikan farm kita, namun kebocoran vaksinasi tersebut masih bisa kita minimalisir. Tentunya dengan eliminasi faktor-faktor pencetus, sikap disiplin dan konsistensi dalam penerapan manajemen pemeliharaan seperti persiapan kandang yang baik, pemilihan DOC yang berkualitas, menjalankan manajemen pemeliharaan yang sesuai stándar, penerapan biosekuriti yang konsisten, pemilihan jenis vaksin dan waktu vaksinasi yang tepat diharapkan bisa menekan bahkan menghilangkan kasus IBD di farm kita, sehingga kerugian ekonomis akibat IBD bisa kita hindari.
Daftar pustaka
E.Nugroho.1989.penyakit ayam di indonesia.semarang: eka offset.
Arbi, Astin.1980.ilmu ternak unggas. Padang, universitas andalas.
http://www.sugihciptasantosa.com/artikelvirusayam.html
http://www.naturalnusantara.co.id/faqternak.php?id=25
http://tmtnews.wordpress.com/penyakit-ayam/
www.poultryindonesia.com.

Rabu, 25 Mei 2011

pencegahan penyakit New castle disease ( ND ) pada unggas melalui vaksinasi

Hewan harus dipelihara dengan cara yang sehat agar potensi genetik maksimal dapat dicapai, baik berupa daging, susu atau telur. Demikian pula hewan kesayangan akan memberikan kebahagiaan tertentu kepada pemiliknya, apabila dalam kondisi sehat dan menyehatkan. Hewan yang tidak sehat dapat menimbulkan banyak kerugian seperti pertambahan bobot badan menurun, produktivitas berkurang dan untuk hewan kesayangan tingkat kelucuannya berkurang, bahkan tidak mustahil malah bisa mengganggu tingkat kesehatan manusia.
Salah satu hambatan dalam rangka meningkatkan produktivitas ternak adalah adanya berbagai penyakit yang merupakan faktor yang langsung berpengaruh terhadap kehidupan ternak. Penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi petani khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Karena selain merusakkan kehidupan ternak, juga dapat menular kepada manusia. Kerugian kerugian ekonomi akibat serangan penyakit dapat ditekan jika diagnosa dan pengobatan dilakukan sedini mungkin, secara cepat dan tepat agar penyakit tidak menyebar ke ternak lain.
Beberapa masalah kesehatan hewan dapat dicegah misalnya dengan sanitasi dan higyene yang baik, dengan vaksinasi dan dengan menjadi manajemen kesehatan dengan baik. Namun terdapat beberapa penyakit yang tidak bisa dikendalikan seperti wabah anthrax. Keberhasilan seorang peternak dapat diukur dengan sukses tidaknya menerapkan program kesehatan pada ternaknya sehingga akan dihasilkan ternak dalam keadaan sehat dan produktif. Oleh karena itu seorang Peternak harus memiliki bekal pengetahuan dasar kesekatan ternak.

Berbagai jenis penyakit virus mudah sekali menular, dan banyak diantaranya sangat ditakuti peternak karena keganasannya. Sampai saat ini belum ditemukan obat yang efektif untukmenyembuhan penyakit yang disebabkan olehnya.
Ayam mudah diternak, tapi sangat rawan terhadap penyakit. Di antara berbagai jenis penyakit menular yang banyak mengancam, penyakit menular yang disebabkan oleh virus merupakan jenis penyakit yang paling ditakuti. Virus lebih lembut dari bakteri, karena jasad renik inibisa tembus dari saringan bakteri. Ia tidak bisa dilihat dengan mikroskop biasa. Untuk melihatnya secara jelas diperlukan foto dengan mempergunakan mikroskop elektron.
Obat yang efektif untuk menyembuhkan penyakit virus sampai saat ini belum ada. Tapi pengobatan dengan antibiotika atau kombinasi dengan obat-obatan lain tetap diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi dengan penyakit yang lain. Dan karena tak adanya obat yang mampu menyembuhkan penyakit virus, alangkah bijaksananya sebelum penyakit berbahaya ini terjadi, peternak melakukan tindak pencegahan. Caranya antara lain adalah melakukan tata laksana pemeliharaan yang baik, melaksanakan vaksinasi pada saat yang tepat, dan hindarkan terjadinya stress pada ternak.
Program vaksinasi merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan di kalangan peternak ayam petelur. Mengapa? Seperti kita ketahui bersama, ayam petelur mempunyai jangka waktu hidup yang lebih lama dibandingkan dengan ayam pedaging yang notabene hanya 2-3 bulan dan langsung dipanen. Berbeda dengan ayam ras petelur termasuk ayam kampung petelur yang akan diafkir setelah 2 tahun. Oleh karenanya kita sebagai peternak wajib melakukan vaksinasi untuk menjaga kesehatan ayam sehingga kita dapatkan ayam layer yang sehat, mampu bertelur dalam rentang waktu sekitar 11/2 tahun dan menghasilkan telur yang berkualitas selama ayam dalam masa produktif.
Banyak di kalangan peternak yang berpikir bahwa vaksin merupakan biaya yang cukup mahal, sehingga sering seadanya atau bahkan ditiadakan sama sekali. Padahal jika vaksinasi dilakukan secara benar maka akan diperoleh hasil yang lebih baik dan tidak sebanding dengan biaya yang kita keluarkan karena program vaksinasi yang dilakukan secara benar akan menjaga kondisi kesehatan ayam dengan cara pembentukan antibody.


Newcastle Disease (ND) adalah penyakit yang sangat menular, dengan angka kematian yang tinggi, disebabkan oleh virus genus paramyxovirus dengan family paramyxoviridae. Nama lain untuk ND adalah tetelo, pseudovogolpest, sampar ayam, Rhaniket, Pneumoencephalitis dan Tontaor furrens. Newcastle Disease dipandang sebagai salah satu penyakit penting di bidang perunggasan. Kejadian wabah penyakit ND seringkali terjadi pada kelompok ayam yang tidak memiliki kekebalan atau pada kelompok yang memiliki kekebalan rendah akibat terlambat divaksinasi atau karena kegagalan program vaksinasi.
Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ND antara lain berupa kematian ayam penurunan produksi telur pada ayam petelur, gangguan pertumbuhan dan penurunan berat badan pada ayam pedaging. Terdapat tiga katagori ND yang secara rinci dibahas di bawah ini.
1) Velogenik.
Virus golongan ini bersifat akut dan sangat mematikan sertadikategorikan sangat tinggi patogenitasnya ( sangat ganas). Wabah ND di Indonesia umumnya disebabkan oleh velogenik tipe Asia yang lebih banyak menimbulkan kematian daripada tipe Amerika. Velogenik tipe Asia disebut juga Velogenik Visceritropik. Sedangkan Velogenik tipe Amerika disebut juga Velogenik pneumoencephalitis. Contoh virus galur velogenik, antara lain Milano, Herts, Texas.


2) Mesogenik.
Virus galur ini bersifat akut, cukup mematikan dan dikategorikan sedang patogenitasnya. Contoh galur mesogenik, antara lain Mukteswar, Kumarov, Hardfordhire dan Roakin
3) Lentogenik.
Virus galur lentogenik merupakan bentuk respirasi sedang yang sangat rendah patogenitasnya. Contoh virus galur lentogenik, antara lain B1, F dan La Sota.

Sifat-sifat Virus ND
Sifat-sifat virus ND penting untuk diketahui guna menentukan model atau caracara pencegahan dan penanganan vaksin. Sifat virus ND antara lain menggumpalkan butir darah merah, di bawah sinar ultra violet akan mati dalam dua detik, mudah mati dalam keadaan sekitar yang tidak stabil dan rentan terhadap zat-zat kimia, seperti : kaporit, besi, klor dan lain-lain. Desinfektan yang peka untuk ND, antara lain NaOH 2%, Formalin (1 – 2%), Phenol-lisol 3%, alkohol 95 dan 70%, fumigasi dengan Kalium permanganat (PK) 1 : 5000. Aktivitas ND akan hilang pada suhu 100oC selama satu menit, pada suhu 56oC akan mati selama lima menit sampai lima jam, pada suhu 37oC selama berbulan-bulan. Virus ND stabil pada pH 3 sampai dengan 11. Masa inkubasi penyakit ND adalah 2 – 15 hari, dengan rata-rata 6 hari. Ayam yang tertul;ar virus ND akan mulai mengeluarkan virus melalui alat pernapasan antara 1 sampai dengan 2 hari setelah infeksi.
Infeksi oleh virus ND di alam yang tidak menyebabkan kematian akanmenimbulkan kekebalan selama 6 – 12 bulan, demikian juga halnya kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi.

Ternak Rentan
Hampir semua jenis unggas, baik unggas darat maupun unggas air rentan terhadap virus ND, termasuk ayam, kalkun, itik, angsa, merpati dan unggas liar.

Cara Penularan

Penularan virus ND dari satu tempat ke tempat lain terjadi melalui alat transportasi, pekerja kandang, litter dan peralatan kandang, burung dan hewan lain. Debu kandang, angin, serangga, makanan dan karung makanan yang tercemar, dapat pula melalui telur terinfeksi yang pecah dalam inkubator dan mengkontaminasi kerabang telur lain. Penyebaran virus ND oleh angin bisa mencapai radius 5 km. Burung-burung
pengganggu, ayam kampung dan burung peliharaan lain merupakan reservoir ND. Penularan ND terutama melaui udara. Melalui batuk, virus mudah terlepas dari saluran pernapasan penderita ke udara dan mencemari pakan, air minum, sepatu, pakaian dan alat-alat sekitarnya. Virus dengan capat menyebar dari ayam ke ayam lain, dari satu kandang ke kandang lain. Sekresi, ekskresi dan bangkai penderita merupakan sumber penularan penting bagi ND. Virus yang tercampur lendir atau dalam feses dan urine mampu bertahan dua bulan, bahkan dalam keadaan kering tahan labih lama lagi.

Gejala Klinis
Gejala klinis yang terlihat pada penderita sangat bervariasi, dari yang sangat ringan sampai yang terberat. Berikut ini dijelaskan kemungkinan gejala-gejala klinis pada ungggas penderita penyakit ND.
• Bentuk Velogenik-viscerotropik
bersifat akut, menimbulkan kematian yang tinggi, mencapai 80 – 100%. Pada permulaan sakit napsu makan hilang, mencret yang kadang-kadang disertai darah, lesu, sesak napas, megap-megap, ngorok, bersin, batuk, paralisis parsial atau komplit, kadang-kadang terlihat gejala torticalis.
• Bentuk Velogenik-pneumoencephalitis
Ditandai dengan gejala- gejala pernapasan dan syaraf, seperti torticalis lebih menonjol terjadi daripada velogenik-viscerotropik. Mortalitas bisa mencapai 60 – 80 %.
• Bentuk Mesogenik
pada bentuk ini terlihat gejala klinis berupa gejala respirasi, seperti : batuk, bersin, sesak napas, megap-megap. Pada anak ayam menyebabkan kematian sampai 10%, sedangkan pada ayam dewasa hanya berupa penurunan produksi telur dan hambatan pertumbuhan, tidak menimbulkan kematian.
• Bentuk Lentogenik
terlihat gejala respirasi ringan saja, tidak terlihat gejala syaraf. Bentuk ini tidak menimbulkan kematian, baik pada anak ayam maupun ayam dewasa.
• Bentuk asymptomatik
pada galur lentogenik juga sering tidak memperlihatkan gejala klinis.
Gejala klinis anak ayam dan ayam fase bertelur penderita ND dijelaskan sebagai Berikut:
a) Pada anak ayam
ditemukan penderita mati tiba-tiba tanpa gejala penyakit. Pernapasan sesak, batuk, lemah, napsu makan menurun, mencret dan berkerumun. Terlihat gejala syarafi berupa paralisis total atau parsial. Penderita mengalami tremor atau kejang otot, bergerak melingkar dan jatuh. Sayap terkulai dan leher terputar (torticolis). Mortalitas pada penderita bervariasi.
b) pada ayam fase produksi
umur 2 sampai dengan 3 minggu terlihat gejala gangguan pernapasan, depresi dan napsu makan
menurun, namun gejala syaraf jarang terlihat. Produksi telur menurun secara mendadak. Morbiditas dapat mencapai 100%, sedangkan mortalitas bisa mencapai 15%.

Pencegahan
Tindakan vaksinasi merupakan langkah yang tepat sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit ND. Program vaksinasi yang secara umum diterapkan, yaitu :
 pada infeksi lentogenik ayam pedaging, dicegah dengan pemberian vaksin aerosol atau tetes mata pada anak ayam umur sehari dengan menggunakan vaksin Hitchner B1 dan dilanjutkan dengan booster melalui air minum atau secara aerosol
 pada infeksi lentogenik ayam pembibit dapat dicegah dengan pemberian vaksin Hitchner B1 secara aerosol atau tetes mata pada hari ke-10. Vaksinasi berikutnya dilakukan pada umur 24 hari dan 8 minggu dengan vaksin Hitchner B1 atau vaksin LaSota dalam air, diikuti dengan pemberian vaksin emulsi multivalen yang diinaktivasi dengan minyak pada umur 18 – 20 minggu. Vaksin multivalen ini dapat diberikan lagi pada umur 45 minggu, tergantung kepada titer antibodi kawanan ayam, resiko terjangkitnya penyakit dan factor-faktor lain yang berhubungan dengan pemeliharaan.

Minggu, 22 Mei 2011

Untuk apa kita hidup….????

dalam hidup ini banyak pilihan dan kita berhak menentukan pilihan seperti apa hidup yang kita inginkan. banyak orang bingung apa sich tujuan kita hidup,, termasuk saya. untuk apa sebenarnya aku hidup dan apa yang aku kejar dalam hidup ini.
dua pilihan yang membingungkan yaitu hidup mencari kesenangan dan hidup untuk mencari kebahagiaan. orang bijak mengatakan" kesenangan adalah kebahagiaan bagi orang- orang yang bodoh, dan kebahagiaan adalah kesenangan bagi orang-orang yang bijak,,yang menjadi pertanyaan apa perbedaan diantara keduanya??
gimana cara mendapatkannya??
dan apa yang harus aku lakukan supaya saya bisa menggapainya??
sedikit pengartian sederhana dari kata-kata di atas...
menurut saya kesenangan itu merupakan bagian kecil dari kebahagian yang biasanya bersifat duniawi, sebagai contoh harta berlimpah ruah, punya mobil yang bagus harga miliaran rupiah, punya kekasih yang cantik bak mutiara diagung-agungkan banyak orang. itulah kesenangan....
yang menjadi bahan renungan apakah orang yang banyak harta itu bahagia???
yang kadang-kadang mereka terus dihantui rasa takut kehilangan.
apakah orang yang punya mobil bagus itu bahagia dengan perasaan was-was takut dicuri orang???
apakah orang yang punya istri cantik bahagia dengan rasa khawatir di ambil orang??
lalu dimana letak kebahagian..???
apakah kebahagian itu wujut dari hidup sederhana yang peting hati kita bisa mendapatkan ketentraman dan rasa nyaman....
klo memang seperti itu bisa kita artikan kebanyakan orang sekarang tujuan hidupnya adalah kesenangan, hobinya menumpuk harta dimana-mana...
saya ingin jadi orang yang bijak tapi gak tau gimana cara mendapatkannya...

Rabu, 18 Mei 2011

Pembudidayaan Rumput gajah sebagai solusi terbaik mengatasi krisis hijauan makanan ternak




Pakan hijauan merupakan pakan pokok yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh ternak ruminansia. Pakan hijauan tidak selalu dapat tersedia, hijauan juga membutuhkan proses untuk hidup,sedangkan ternak ( ruminan ) membutuhkannya tiap hari, untuk itu kita perlu meningkatkan kuantitasnya dan juga tidak hanya itu untuk meningkatkan nilai gizi tanaman pakan itu kita juga harus memperhatikan pola penanaman yang baik dan sesuai tujuan.
Permasalahan yang sering terjadi di lapangan atau di masyarakat yang masih bersifat tradisional terutama terdapat di pedesaan adalah semakin susahnya didapatkan rerumputan liar atau rumput pengembalaan dikarenakan tempat tumbuhnya rumput tersebut bersaing dengan kubutuhan manusia baik itu penggunaan lahan untuk bangunan maupun komoditas pertanian yang umumnya tidak menginginkan tumbuhnya rumput liar karena mengganggu pertumbuhan tanaman, sehingga hasil dari produk pertanian kurang memuaskan, semakin berkembangnya pertanian dan semakin sedikitnya lahan untuk media tumbuh hujauan menyebabkan peternak tradisional kesulitan dalam mendapatkan hijauan makanan ternak, akibatnya tidak terpenuhi kebutuhan ternak akan hijauan secara optimal, sehingga mengganggu pertumbuhan ternak tersebut.
Untuk menyelesaikan masalah di atas perlu dilakukan pembudidayaan pakan hijauan dan perlunya perlakuan khusus untuk HMT yang bersifat intensif sehingga bisa memenuhi kebutuhan ternak akan hijauan yang bernilai gizi tinggi supaya pertumbuhannya bisa di optimalkan dengan baik. Salah satu alternatifnya adalah membudidayakan rumput gajah (pennictum purpureum ).
Rumput Gajah merupakan salah satu jenis hijauan pakan ternak yang berkualitas tinggi, disukai ternak,dapat hidup diberbagai tempat (0 – 3000 dpl), tahan lindungan, respon terhadap pemupukan, serta menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Rumput gajah mempunyai kelebihan antara lain produksi tinggi, dapat mencapai 250 ton/ha/thn dengan kadar protein cukup tinggi, dan lebih tahan kering.
Rumput gajah mempunyai banyak varietas antara lain varietas Afrika, Hawai, Capricorn, Raja/King Grass, Lampung, Taiwan, dan lain sebagainya.
Penanaman rumput gajah dapat dilakukan secara monokultur ataupun interkultur dengan tanaman tahunan sehingga dapat diperoleh manfaat secara maksimal. Pertumbuhannya yang relatif cepat dalam waktu yang pendek serta peranan daun-daun dan perakarannya terhadap erosi, maka pembudidayaan rumput gajah dapat menjadi pilihan yang bijaksana dan menguntungkan.
Rumput gajah tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak, dan terus enghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. Pada lahan tumpang sari, rumput gajah dapat ditanam pada guludan-guludan sebagai pencegah longsor akibat erosi. Morfologi rumput gajah yang rimbun, dapat mencapai tinggi lebih dari 2 meter sehingga dapat berperan sebagai penangkal angin (wind break) terhadap tanaman utama.
Rumput gajah dibudidayakan dengan potongan batang (stek) atau sobekan rumpun (pous) sebagai bibit. Bahan stek berasal dari batang yang sehat dan tua, dengan panjang stek 20 – 25 cm (2 – 3 ruas atau paling sedikit 2 buku atau mata). Pemotongan pada waktu penanaman ruas mata dapat Untuk bibit yang berasal dari sobekan rumpun/ anakan (pous) sebaiknya berasal dari
rumpun yang sehat, banyak mengandung akar dan calon anakan baru. Sebelum penanaman bagian vegetatif dari sobekan rumpun dipangkas terlebih dahulu untuk menghindari penguapan yang tinggi sebelum sistem perakaran dapat aktif menghisap air.
Cara membudidayakan rumput gajah sangat mudah dan tidak memerlukan keterampilan khusus dalam pemeliharaannya.
Ada beberapa point yang harus kita lakukan dalam budidaya ini, yaitu sebagai berikut :
a. persiapan lahan
Tanaman pakan ternak menghendaki tanah yang gembur dan subur. Tanah yang miskin hara sebaiknya dipupuk terlebih dahulu dengan pupuk kandang. Waktu pengolahan/persiapan lahan sebaiknya pada akhir musim kemarau menjelang musim penghujan.
b. Pembersihan lahan.
Pada tahapan ini yang dilakukan adalah melakukan pembersihan, pembajakan dan penggaruan untuk menggemburkan tanah. Pembersihan dilakukan terhadap pohon-pohonan semak belukar dan alang- alang. Untuk pohon dapat disisakan pada lajur tertentu sebagai peneduh dan penahan kelembaban dan dibiarkan selama satu minggu.
c. Pengolahan tanah
sebaiknya dilakukan pada akhir musim kemarau sehingga penanaman dapat dilakukan pada awal musim huja.
d. Pembuatan lubang
Pembuatan lubang-lubang tanaman dengan jarak tanam 60 x 100 cm. Diperlukan 17.000 bahan stek untuk kebutuhan lahan seluas 1 hektar.
e. Penanaman
Penanaman bibit rumput gajah dapat melalui biji, sobekan rumpun (pols) batang atau stek. Penanaman yang lebih mudah melalui sobekan rumpun dan stek. Pada penggunaan sobekan rumpun dapat diambil 3 – 4 akar rumpun yang ukurannya tidak terlalu kecil. Jarak tanam yang ideal adalah 30 X 50 cm. Apabila batang/stek yang digunakan maka harus dipilih umur batang yang cukup tua (sekitar 2 bulan) dengan jumlah mata ruas 2- 3 buah. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 30 x 30 cm dengan posisi batang ditancapkan miring 30˚ untuk mempermudah pertumbuhan akar.
Pemupukan rumput gajah
Pemupukan dengan menggunakan Pupuk P dan K diberikan 2 kali dalam setahun yaitu pada waktu pengolahan tanah dan 6 bulan kemudian, dengan dosis masing-masing 200 kg DS dan 200 kg ZK per hektarnya. Selain itu Pupuk N diberikan 200 kg ZA/ha/tahun yang diberikan setiap kali setelah 2 – 4 kali pemotongan. Dan pemberian pupuk kandang sebanyak 400 kw/ha/tahun yang diberikan pada waktu pengolahan tanah dan setelah pemotongan.
Pemanenan (pemotongan) :
Pemotongan rumput gajah yang pertama dilakukan setelah tanaman berumur 60 hari, selanjutnya dilakukan selang 40 hari pada musim hujan dan selang 60 hari pada musim kemarau.
Pada pemotongan batang rumput gajah sebaiknya ditinggalkan ± 10 cm dari permukaan tanah. Pemotongan batang tanaman yang terlalu pendek menyebabkan semakin lambatnya pertumbuhan kembali, namun jika batang yang ditinggalkan terlalu panjang maka tunas batang saja yang akan berkembang sedangkan jumlah anakan akan berkurang.
Peremajaan :
Dilakukan jika tanaman telah berumur 3 – 4 tahun setelah tanaman sudah tidak responsive lagi terhadap pengelolaan. Setelah pemotongan terakhir, tanah diantara barisan dicangkul dan dilakukan pemupukan. Buatlah lubang tanam untuk tanaman baru pada perpotongan silang rumput yang lama, untuk menjaga kesinambungan stok hijauan ternak. Setelah tanaman baru tumbuh, sisa tanaman lama dibongkar hingga ke akar-akarnya. Komposisi Gizi Rumput Gajah (bahan kering) :
Bagian bahan kering yang dapat dicerna dari rumput gajah antara lain Protein kasar = 10.19, Serat Kasar = 34.15, Lemak = 1.64, Abu = 11.73,BETN = 42.29
Semoga bermamfaat……