Kampus Unand

Kamis, 03 Februari 2011

POTENSI YANG DIMILIKI GAYO LUES DALAM MENGEMBANGKAN USAHA TERNAK RUMINANSIA SECARA INTENSIF



Gayo Lues adalah salah satu kabupaten yang baru di Nanggore aceh Darussalam dengan Blangkejeren sebagai ibukotanya, kabupaten ini berada di gugusan bukit barisan dan sebagian besar wilayahnya merupakan area taman nasional gunung louser yang merupakan warisan dunia. meskipun tergolong kabupaten baru perkembangan dan kemajuan di kabupaten gayo lues sangat pesat dari tahun ketahun baik ditinjau dari pembangunan, pendidikan,teknologi informasi dan perekonomian masyarakat. Sebagian besar masyarakat Gayo lues berfrovesi sebagai petani disamping itu ada sebagian petati memilihi usaha beternak sebagai usaha sampingannya maskipun begitu sistem pemeliharaan masih secara tradisional ( ekstensif ) seperti ternak kerbau yang dilepas begitu saja siang malam di hutan atau padang pengembalaan tanpa ada control langsung atau pengaturan dari peternak tentang kebutuhan nutrisi dan perkawinannya, untuk ternak sapi potong dan kambing sudah mulai berkembang dengan system semi intensif dan sudah mulai ada recording dan kontroling dari peternak tetapi masih bersifat usaha sampingan serta pakan untuk ternak belum diperhatikan secara baik dan masih bersifat usaha keluarga.
Pada dasarnya ternak besar ( ruminansia) sangat mudah mengalami stress terhadap suhu lingkungan yang tinggi dan ekstrim terutama sapi, hal ini disebabkan oleh terbatasnya kelenjar keringat yang ada pada tubuh ternak besar tersebut (suhu ideal sapi bali 21ºC – 36 ºC), masalah suhu ini sangat berpengaruh terhadap daya produksi dari sapi tersebut karena suplay energy yang didapat dari makanannya tidak bisa dimanfaatkan secara efisien,sebagian energy itu digunakan untuk menetralisir suhu tubuhnya yang meningkat , disamping itu suhu lingkungan yang terlalu ekstrim ini juga akan mempengaruhi nafsu makan ternak tersebut. Kelebihan dari ternak ruminansia termasuk didalamnya sapi adalah mampu memamfaatkan bahan pakan yang berkualitas rendah dengan hasil yang berkualitas tinggi karena dapat memamfaatkan NPN ( non protein nitrogen) untuk membentuk protein, disamping itu dalam lambung ternak ruminansia terdapat mikroba yang sangat berperan dalam mendegradasi pakan yang masuk ke dalam rumen menjadi produk-produk sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba maupun induk semang dimana aktifitas mikroba tersebut sangat tergantung pada ketersediaan nitrogen dan energy. Kelompok utama mikroba yang berperan dalam pencernaan tersebut terdiri dari bakteri, protozoa dan jamur yang jumlah dan komposisinya bervariasi tergantung pada pakan yang dikonsumsi ternak
Ditinjau dari lokasi gayo lues sangat cocok untuk pengembangan ternak sapi potong karena terletak di pegunungan louser dengan suhu yang ideal untuk pemeliharaan sapi potong, didukung juga dengan tanahnya yang subur sangat bagus untuk penanaman pakan ternak seperti rumput gajah
( pennisetum purpurium), rumput braja ( pennisetum purpupuides) dan jenis lainnya serta beberapa jenis leguminosa. Dengan keadaan lingkungan yang seperti itu masalah suhu dan pakan bukan masalah yang besar untuk pengembangan ternak besar digayo lues.
Keadaan agronomis seperti di atas peluang untuk mengembangkan sapi potong terbuka lebar karena pada umumnya keberhasilan usaha peternakan sangat dipengaruhi oleh aspek pemuliabiakan (breed), pakan (feed) dan pangelolaan (management). Mungkin masalah suhu dan pakan bisa diatasi tinggal memperbaiki manajemen dan pemuliabiakannya lagi.
Salah satu cara memperbaiki manajemen adalah mengubah system pemeliharaan ternak yang biasanya digunakan secara ekstensif dan semi intensif menjadi system pemeliharaan intensif yang mana pada system pemeliharaan ini ternak dikandangkan dan pakan ternak sepenuhnya diatur oleh peternak baik itu pemberian hijauan sebagai sember energy dan penyusun kerangka karbon bakteri dalam rumen maupun pemberian konsentrat untuk kebutuhan protozoa dalam tubuhnya, recording, pemilihan bibit unggul, pengaturan dan pengamatan fase siklus Estrus secara efektif, atau dengan kata lain usaha ternak bukan lagi sebagai usaha sampingan melainkan sebagai usaha utama.dengan system yang seperti ini maka kecil kemungkinan ternak kekurangan nutrisi atau mengalami in breed (perkawinan sedarah) yang dapat menyebabkan terdapatnya gen letal yang sangat merugikan peternak dapat di diminimalisir.